Ada juga sedikit teks-teks matematika dari zaman Seleucid, sejak sekitar tahun 300 SM sampai awal era lahirnya Kristen, ketika Mesopotamia diperintah oleh sebuah dinasti yang dibentuk oleh salahsatu penerus Alexander Agung. Taraf kualitas teks-teks tersebut setara dengan teks-teks dari zaman Babilonia, meskipun sebagaimana yang diungkapkan Neugebauer, satu-satunya perkembangan penting yang dicapai adalah ditemukannya simbol untuk angka ‘nol’ dalam teks-teks zaman Seluucid itu.
Dia juga mengungkapkan bahwa zaman Seleucid memperkaya kita dengan sejumlah besar teks-teks astronomi dengan simbol-simbol yang paling luar biasa yang setara dengan astronomi dalam Almagest,dimana Neugebauer mengacu kepada tulisan terkenal yang ditulis oleh ilmuwan Yunani bernama Claudius Ptolemaios (Ptolomeus) dari Alexandria di pertengahan abad 12 SM.
Teks-teks matematika Babilonia terdiri atas 2 jenis yaitu ‘teks-teks rabel’ dan ‘teks-teks soal’. Yang paling umum dari jenis yang pertama adalah table-tabel perkalian dan pembagian yang digunakan dalam pendidikan untuk ahli-ahli tulis. Menurut Neugebauer terdapat pula ‘tabel-tabel kwadrat dan akar kwadrat’, table-tabel kubik dan akar kubik, table-tabel jumlah kwadrat dan kubik yang dibutuhkan untuk mencari hasil perhitungan jenis-jenis persamaan kubus. Jugg ada tabelfungsi-fungsi eksponensial yang digunakan untuk menghitung bunga majemuk atau compound interest dll. Tabel-tabel yang terakhir terutama menunjukkan adanya perkembangan penting ilmu matematika Babilonia berikut aplikasiny adalam ilmu ekonomi, yang bisa dilihat dari beberapa teks-teks soal dimana salahsatunya menjelaskan tentang ‘penghitungan hasil panen dari provinsi Lagash di tahun ke-3 yang didokumentasikan dalam naskah tersebut.
Seperti kebanyakan kebudayaan kuno lainnya, kebudayaan bailonia memiliki sistem nomor decimal sepuluhan, namun disaat yang sama mereka juga memakai sistem seksagesimal atau sistem nomor decimal enam-puluhan. Sistem seksagesimal pertama kalinay digunakan di zaman bailonia kuno yang kemudian masih digunakan selama zaman Seleusic, ketika, menurut Neugebauer ‘ metode ini menjadi perangkat penting dalam perkembangan matematika astronomi, begitu tersebar sampai ke bangsa Yunani dan kemudian ke bangsa Hindi bahkan juga ke bangsa Arab kaerna mereka juga memakai sistem seksagesimal dalam matematika astronomi mereka. Sistem tersebut bertahan tetap dipakai dalam dunia modern yaitu pembagian lingkaran menjadi 360 derajat, dimana masing-masing derajat adalah setara dengan 60 menit busur derajat, dan setiap menitnya adalah 60 detik busur derajat, dan juga dalam pembagian satu jam nya kedalam 60 menit dimana satu menitnya setara dengan 60 detik. (WD)
sumber : www.ldii.or.id